Halaman

Minggu, 03 Juni 2012

ON CLOUDY DAY [ prolog]


“Kau tahu...aku mungkin mencintainya. Ya...sepertinya itu yang aku rasakan. Tapi jika kau berniat mengambilnya. Aku tak bisa berbuat apa-apa.”


Sora P.O.V

Aku sudah lama bersahabat dengan Ichigo. Dia adalah teman masa kecilku sewaktu aku tinggal di Jepang. Kami terpisah setelah aku sekeluarga pindah ke Indonesia karena pekerjaan ayahku dan sekaligus merupakan kepulangan kami ke negara asal ibuku. Ibuku adalah orang asli Indonesia sedangkan ayahku adalah orang Jepang.
Betapa sedihnya hatiku  saat itu ketika berpisah dengan sahabatku satu-satunya. Jujur saja, aku adalah tipe orang yang sulit bergaul. Aku memang  punya banyak teman. Tapi ada atau tidak adanya mereka bagiku sama saja. Tak ada bedanya jika aku sedang sendirian.
Hal yang berbeda baru aku rasakan ketika aku bersama Ichigo. Dia seperti sosok seorang malaikat penolong. Dia selalu melindungiku. Dia selalu mengerti perasaanku. Dia adalah kakak yang sempurna dimataku.
Sejak kecil aku  terbiasa sendiri. Kedua orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Dan aku tak mempunyai kakak ataupun adik. Sungguh kehidupan yang menyebalkan untukku. Aku juga tidak mempunyai banyak teman. Maksudku teman dalam perspektifku. Menurutku, aku hanya akan berteman dengan orang-orang yang sejalan pikiran denganku. Sampai-sampai aku membuat peratururan tersendiri, “Law of Sora”. Aku membagi teman itu dalam beberapa tingkatan. Peraturan pokoknya adalah aku berusaha bersikap baik kepada siapa saja. Tapi belum tentu aku mau berteman dengan mereka. Tingkat pertama yaitu untuk orang-orang yang aku ketahui saja tapi tidak aku kenal, bagiku mereka tidaklah penting. Tingkat kedua yaitu orang-orang yang sudah aku kenal, mereka yang ada di sekitarku, yang menjalani aktifitas bersamaku, mungkin seberapa besar pentingnya mereka bagiku sekitar 50%. Aku tekankan kembali tingkat kedua ini lebih menekankan pada hubungan kemanusiaan saja. Sekedar formalitas agar aku dan mereka bisa disebut “berteman”. Tingkat ketiga yaitu orang-orang yang memang berpengaruh dalam hidupku, sejalan denganku, mengerti aku dan pikiranku, mereka sudah bisa disebut sebagai ”sahabat”.  Pentingnya sahabat ini bagiku sekitar 90%. Mengapa sahabat hanya 90%? Sederhana saja, di dunia ini tak ada yang bisa mencapai efisiensi 100%. Itu karena kita adalah manusia. Ma-nu-si-a.
Mungkin caraku ini terdengar seperti egoisme. Tapi apa mau dikata. Aku sudah tercetak seperti ini. Inilah aku. Lee Sora.
Hhh...aku sangat merindukan Ichigo. Seandainya saja dia ada di sini, pasti aku tak akan merasakan kesepian ini lagi. Meskipun sudah setahun aku berada di Indonesia, aku belum menemukan teman yang cocok denganku. Bukan karena aku tak bisa beradaptasi atau kesulitan dengan bahasanya. Bukan. Aku sudah cukup fasih berbahasa Indonesia karena dari kecil ibu selalu mengajariku. Jadi masalah bahasa bukan lagi halangan untukku. Yah...ini lebih karena sifat pemilihku itu. Entah kenapa aku kembali menggunakan “Law of Sora”.
Aku selalu teringat masa-masa itu. Di saat aku masih bersamanya. Ichi-nii...apa yang sedang kau lakukan sekarang ?


Ichigo P.O.V

Hari ini aku mendengar kabar yang mengejutkan. Ayahku akan dipindahtugaskan ke Indonesia. Senang sekali rasanya aku akan tinggal di Indonesia lagi. Sudah sekitar 8 tahun aku tidak pernah kembali ke negara itu. Ya, sama seperti Sora aku juga keturunan Indonesia Jepang. Kakekku adalah orang Indonesia dan semasa kecil dulu, aku pernah tinggal di Indonesia selama 2 tahun.
Memikirkan kepindahanku, seketika aku langsung teringat dengan dia, sahabat kecilku. Aku mengingat kembali saat-saat pertama bertemu dengan Sora. Ketika itu dia sangat terlihat mencolok di antara teman SDku yang lain. Dia pendiam dan nyaris tanpa ekspresi. Dia jarang bergabung bersama teman-teman untuk bermain. Dia lebih suka menyendiri sambil membaca buku. Sejak saat itu perhatianku selalu tertuju padanya. Lalu aku putuskan untuk berteman dengannya. Entah mengapa...yang jelas aku ingin sekali bisa melindunginya.
Aku tahu ini pasti sulit. Tapi aku akan tetap mencobanya. Aku hafal betul bagaimana rasanya menjadi anak tunggal. Kesepian. Namun beruntungnya aku, aku selalu dikelilingi banyak teman. Tidak seperti Sora. Dia sangat tertutup. Aku yakin dia pasti tersiksa dengan hidup yang seperti itu. Aku pikir, kami ini sama-sama anak tunggal jadi tak ada salahnya jika kami bisa menjadi teman berbagi.
Kebetulan rumahku dan Sora berseberangan. Aku memulai niatku dengan mengajaknya pergi ke sekolah bersama setiap harinya. Aku juga mengajaknya untuk pulang bersama. Awalnya dia acuh tak acuh padaku. Dia bilang aku ini penggangu. Tapi perlahan-lahan usahaku berhasil. Seiring berjalannya waktu, dia berubah. Dia sudah bisa menerima keberadaanku. Dia mau berbicara denganku. Meskipun Sora terlihat sombong, angkuh dan egois, sebenarnya dia adalah anak yang baik.
Dan akhirnya kami pun bersahabat. Aku melanjutkan ke SMP yang sama seperti Sora. Namun di tahun ketiga ia pindah ke Indonesia. Kamipun berpisah. Aku sangat sedih saat itu. Aku  mengkhawatirkannya. Apakah di negara barunya ia bisa mendapat teman? Apakah dia akan baik-baik saja? Hhh...mungkin aku terlalu berlebihan dengan pikiranku ini. Tapi kepergiannya memang membuatku sungguh merasa kehilangan.
Aku sangat merindukannya. Ahahaha...tenanglah, sebentar lagi aku pasti bisa bertemu dengannya. Eh, bukannya Indonesia itu negara yang luas? Belum tentu juga aku bisa bertemu dengannya. Ah, itu masalah nanti. Yang penting aku akan ke Indonesia. Senang sekali setelah hampir setahun kami tak bertemu. Aku tak sabar untuk segera datang ke sana.
Sora...apa yang sedang kau lakukan sekarang? Tunggulah kedatanganku Sora.


***
TBC



Disclaimer :
Di sini nama Ichigo tak bermaksud dan tak berniat membajak dari karyanya Tite Kubo, Manga n Anime “Bleach”
Jadi “ Ichigo Kurosaki” murni milik Tite Kubo
Dan saya hanya meminjamnya ( tapi tanpa bayar royalty,kekekeke XD)
Saya tak tahu ini dikategorikan ke dalam apa,,kekeke [Fanfiction mungkin]. Tapi bagi saya, ini lebih tepat disebut karangan dengan intensitas khayalan tingkat tinggi #jyah...:P






Tidak ada komentar:

Posting Komentar