“Kau tahu...aku mungkin mencintainya.
Ya...sepertinya itu yang aku rasakan. Tapi jika kau berniat mengambilnya. Aku
tak bisa berbuat apa-apa.”
Sora P.O.V
Aku sudah lama bersahabat dengan
Ichigo. Dia adalah teman masa kecilku sewaktu aku tinggal di Jepang. Kami
terpisah setelah aku sekeluarga pindah ke Indonesia karena pekerjaan ayahku dan
sekaligus merupakan kepulangan kami ke negara asal ibuku. Ibuku adalah orang
asli Indonesia sedangkan ayahku adalah orang Jepang.
Betapa sedihnya hatiku saat itu ketika berpisah dengan sahabatku
satu-satunya. Jujur saja, aku adalah tipe orang yang sulit bergaul. Aku memang punya banyak teman. Tapi ada atau tidak adanya
mereka bagiku sama saja. Tak ada bedanya jika aku sedang sendirian.
Hal yang berbeda baru aku rasakan
ketika aku bersama Ichigo. Dia seperti sosok seorang malaikat penolong. Dia
selalu melindungiku. Dia selalu mengerti perasaanku. Dia adalah kakak yang
sempurna dimataku.
Sejak kecil aku terbiasa sendiri. Kedua orang tuaku selalu
sibuk dengan pekerjaan mereka. Dan aku tak mempunyai kakak ataupun adik.
Sungguh kehidupan yang menyebalkan untukku. Aku juga tidak mempunyai banyak
teman. Maksudku teman dalam perspektifku. Menurutku, aku hanya akan berteman
dengan orang-orang yang sejalan pikiran denganku. Sampai-sampai aku membuat
peratururan tersendiri, “Law of Sora”. Aku membagi teman itu dalam beberapa
tingkatan. Peraturan pokoknya adalah aku berusaha bersikap baik kepada siapa
saja. Tapi belum tentu aku mau berteman dengan mereka. Tingkat pertama yaitu
untuk orang-orang yang aku ketahui saja tapi tidak aku kenal, bagiku mereka
tidaklah penting. Tingkat kedua yaitu orang-orang yang sudah aku kenal, mereka
yang ada di sekitarku, yang menjalani aktifitas bersamaku, mungkin seberapa
besar pentingnya mereka bagiku sekitar 50%. Aku tekankan kembali tingkat kedua
ini lebih menekankan pada hubungan kemanusiaan saja. Sekedar formalitas agar
aku dan mereka bisa disebut “berteman”. Tingkat ketiga yaitu orang-orang yang
memang berpengaruh dalam hidupku, sejalan denganku, mengerti aku dan pikiranku,
mereka sudah bisa disebut sebagai ”sahabat”.
Pentingnya sahabat ini bagiku sekitar 90%. Mengapa sahabat hanya 90%?
Sederhana saja, di dunia ini tak ada yang bisa mencapai efisiensi 100%. Itu karena
kita adalah manusia. Ma-nu-si-a.
Mungkin caraku ini terdengar
seperti egoisme. Tapi apa mau dikata. Aku sudah tercetak seperti ini. Inilah
aku. Lee Sora.
Hhh...aku sangat merindukan
Ichigo. Seandainya saja dia ada di sini, pasti aku tak akan merasakan kesepian
ini lagi. Meskipun sudah setahun aku berada di Indonesia, aku belum menemukan
teman yang cocok denganku. Bukan karena aku tak bisa beradaptasi atau kesulitan
dengan bahasanya. Bukan. Aku sudah cukup fasih berbahasa Indonesia karena dari
kecil ibu selalu mengajariku. Jadi masalah bahasa bukan lagi halangan untukku. Yah...ini lebih karena sifat pemilihku itu. Entah
kenapa aku kembali menggunakan “Law of Sora”.
Aku selalu teringat masa-masa itu. Di saat aku masih bersamanya. Ichi-nii...apa yang sedang kau lakukan sekarang ?
Aku selalu teringat masa-masa itu. Di saat aku masih bersamanya. Ichi-nii...apa yang sedang kau lakukan sekarang ?
Ichigo P.O.V
Hari ini aku mendengar kabar yang
mengejutkan. Ayahku akan dipindahtugaskan ke Indonesia. Senang sekali rasanya aku akan tinggal di Indonesia lagi. Sudah sekitar 8 tahun aku tidak pernah kembali ke negara itu. Ya, sama seperti Sora aku juga keturunan Indonesia Jepang. Kakekku adalah orang Indonesia dan semasa kecil dulu, aku pernah tinggal di Indonesia selama 2 tahun.
Memikirkan kepindahanku, seketika aku langsung teringat dengan dia, sahabat kecilku. Aku mengingat kembali saat-saat pertama bertemu dengan Sora. Ketika itu dia sangat terlihat mencolok di antara teman SDku yang lain. Dia pendiam dan nyaris tanpa ekspresi. Dia jarang bergabung bersama teman-teman untuk bermain. Dia lebih suka menyendiri sambil membaca buku. Sejak saat itu perhatianku selalu tertuju padanya. Lalu aku putuskan untuk berteman dengannya. Entah mengapa...yang jelas aku ingin sekali bisa melindunginya.
Memikirkan kepindahanku, seketika aku langsung teringat dengan dia, sahabat kecilku. Aku mengingat kembali saat-saat pertama bertemu dengan Sora. Ketika itu dia sangat terlihat mencolok di antara teman SDku yang lain. Dia pendiam dan nyaris tanpa ekspresi. Dia jarang bergabung bersama teman-teman untuk bermain. Dia lebih suka menyendiri sambil membaca buku. Sejak saat itu perhatianku selalu tertuju padanya. Lalu aku putuskan untuk berteman dengannya. Entah mengapa...yang jelas aku ingin sekali bisa melindunginya.
Aku tahu ini pasti sulit. Tapi
aku akan tetap mencobanya. Aku hafal betul bagaimana rasanya menjadi anak
tunggal. Kesepian. Namun beruntungnya aku, aku selalu dikelilingi banyak teman.
Tidak seperti Sora. Dia sangat tertutup. Aku yakin dia pasti tersiksa dengan
hidup yang seperti itu. Aku pikir, kami ini sama-sama anak tunggal jadi tak ada
salahnya jika kami bisa menjadi teman berbagi.
Kebetulan rumahku dan Sora
berseberangan. Aku memulai niatku dengan mengajaknya pergi ke sekolah bersama
setiap harinya. Aku juga mengajaknya untuk pulang bersama. Awalnya dia acuh tak
acuh padaku. Dia bilang aku ini penggangu. Tapi perlahan-lahan usahaku
berhasil. Seiring berjalannya waktu, dia berubah. Dia sudah bisa menerima
keberadaanku. Dia mau berbicara denganku. Meskipun Sora terlihat sombong,
angkuh dan egois, sebenarnya dia adalah anak yang baik.
Dan akhirnya kami pun bersahabat.
Aku melanjutkan ke SMP yang sama seperti Sora. Namun di tahun ketiga ia pindah
ke Indonesia. Kamipun berpisah. Aku sangat sedih saat itu. Aku mengkhawatirkannya. Apakah di negara barunya
ia bisa mendapat teman? Apakah dia akan baik-baik saja? Hhh...mungkin aku
terlalu berlebihan dengan pikiranku ini. Tapi kepergiannya memang membuatku
sungguh merasa kehilangan.
Aku sangat merindukannya.
Ahahaha...tenanglah, sebentar lagi aku pasti bisa bertemu dengannya. Eh,
bukannya Indonesia itu negara yang luas? Belum tentu juga aku bisa bertemu
dengannya. Ah, itu masalah nanti. Yang penting aku akan ke Indonesia. Senang
sekali setelah hampir setahun kami tak bertemu. Aku tak sabar untuk segera
datang ke sana.
Sora...apa yang sedang kau
lakukan sekarang? Tunggulah kedatanganku Sora.
***
TBC
Disclaimer :
Di sini nama Ichigo tak bermaksud
dan tak berniat membajak dari karyanya Tite Kubo, Manga n Anime “Bleach”
Jadi “ Ichigo Kurosaki” murni
milik Tite Kubo
Dan saya hanya meminjamnya ( tapi
tanpa bayar royalty,kekekeke XD)
Saya tak tahu ini
dikategorikan ke dalam apa,,kekeke [Fanfiction mungkin]. Tapi bagi
saya, ini lebih tepat disebut karangan dengan intensitas khayalan
tingkat tinggi #jyah...:P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar