Memang sempat ku berpaling ke arah lain
Yang selanjutnya menjadi rute perjalananku selama ini
Tapi meskipun begitu
Sedari awal, pun masih hingga kini
Aku selalu membuka kembali peta lamaku
Ya... dia yang tepat berdiri disana
Di suatu tempat di benakku
Yang menggenggam erat gulungan romanku
Dia dan dia
Dua mata angin yang berbeda
Dia atau dia
Silih berganti berotasi di memoriku
Aku tak pernah bermaksud memburamkan tujuan
Karena aku hanya sekedar berjalan
Lalu, ketika telah letih
Maka aku akan berhenti
Entah kapan, di mana, dia atau dia
Dia yang terlebih dahulu, bagaikan ilusi pelangi di rintik
hujan
Yang indah dilihat hanya untuk sesaat
Sedangkan dia yang sekarang, bagaikan angin
Yang sejuk namun tak dapat ku genggam
Di waktu aku berhenti nanti
Tak meneruskan langkah
Tak berbalik arah
Menggoreskan garis-garis bayang dia dan dia
Di memo yang akan ku simpan
Yang kemudian aku petakan